Selasa, 17 Mei 2011

Bila Jodoh Tak Kunjung Tiba.... (Untuk para Akhwat)

Muhammad Rasyid al-Uwaid dalam buku "Telat Menikah Tapi Bahagia" menyebutkan seorang yang menolak untuk menikah boleh jadi karena matanya disilaukan oleh dunia, sementara agama ia tidak mengerti. Boleh jadi seorang menunda-menunda nikah karena yang datang kepadanya beda pandangan dalam memahami agama, meskipun tak ada yang patut dicela dari prinsip keagamaan secara umum dan akhlaknya. Terlambatnya seseorang untuk menikah tak jarang karena dirinyalah yang mempersulit meskipun kesempatan bukan tak pernah datang namun sibuk dengan karirnya dan banyaknya kriteria tentang jodohnya. Ketika ia disibukkan dengan karir yang diimpikan ia menolak semua ajakan serius dan ketika ia menetapkan kriteria yang terlalu banyak akhirnya tidak ada yang sesuai dengan keinginannya.

BELAJARLAH DARI KHADIJAH

Mungkin saja sepanjang merambahnya usia, Allah masih belum menakdirkan mempertemukan belahan jiwa bagi mereka yang telat menikah. Dalam hal ini sulit untuk dipaksakan. Sebab, bagaimanapun, masalah selera dan kecenderungn jiwa akan keindahan dan keshalehan merupakan hak prerogatif setiap orang. Namun ada cara yang sebaiknya dicoba oleh kaum muslimah yang telat menikah. Yakni melamar atau meminang sebagaimana Khadijah binti Khuwailid melamar Nabi Muhammad SAW. Sepintas, pandangan ini terasa tabu untuk jaman sekarang namun hal ini bukanlah suatu kejelekan, aib atau tindakan yang merendahkan martabat perempuan jika ia meminang seorang laki-laki. Pernikahan adalah hubungan bersama sehingga tidak mesti laki-laki yang memulai meminang. Selama perempuan itu tidak terbawa nafsu dan tidak tertipu dengan penampilan luar, meminang laki-laki tidak menjadi masalah baginya dan tidak berbahaya.

PASRAH PADA ALLAH

Ditengah kondisi yang tak menentu, sebaiknya muslimah yang telat menikah bersikap sabar. Sebab sikap seperti inilah yang akan membantu merendam hati yang terpuruk, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, "Dan tidaklah seseorang diberi sesuatu yng lebih luas melebihi kesabaran". Dengan demikian, kesabaran yang tertanam merupakan kebaikan, kelapangan dalam jiwa, dan keluasan dalam hidup yang bisa jadi tidak dimiliki oleh mereka yang menyandang status sebagai seorang istri. Kemarahan dan frustrasi tidak memberi manfaat apa-apa dan tidak akan menghadirkan seorang suami. Sebaliknya, keridhaan yang dipupuk dalam jiwa mereka yang masih lajang di usia matang akan mengundang ridha Allah SWT. Atau, paling tidak, di saat seseorang merasa tak sanggup menanggung kesendiriannya, perbanyaklah doa. Sebagaimana Nabi Zakariya as yang pernah memohon kepada Allah agar kesendiriannya berakhir. "Tuhan-ku, jangan biarkan aku sendirian. Dan Engkau adalah sebaik-baik warits". (QS.Al.Anbiya:89)

Sebagaimana Nabi Zakariya, rasa sepi itu pun sudah sepantasnya kita adukan kepada Allah. Semoga Ia hadirkan seorang pendamping yang menentramkan jiwa dan membahagiakan hati. Memasrahkan kepada-Nya apa yang terbaik untuk kita. Dan sebaiknya panjatkan doa tersebut di saat kita merasa amat membutuhkan hadirnya seorang pendamping; saat hati kita dicekam oleh kesedihan karena tidak adanya teman sejati atau ketika jiwa dipenuhi kerinduan untuk menimang buah hati yang lucu. Panjatkan pula doa saat hati merasa dekat dengan-Nya.

(diambil dari sebuah intisari islam - HIDAYAH)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar